BOGOR-Konflik berkepanjangan yang mendera Partai Golkar Kota Bogor harus segera diselesaikan. Sebab, gontok-gontokan antar kader struktural ini sudah menjurus kepada perpecahan.
“Kalau dibiarkan berlarut-larut sepert ini, sama saja mempertaruhkan nasib dan masa depan partai,” kata Chepy Harun melalui pesan WhatsApp yang diterima Polbo, kemarin.
Kegelisahan mantan Ketua DPD Partai Golkar Kota Bogor dua periode itu, sudah disampaikan langsung kepada Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
“Saya tidak dalam rangka memperjuangkan calon ketua siapapun. Tetapi, saya sangat mengkhawatirkan nasib Partai Golkar Kota Bogor ke depan,” tegas Chepy.
Untuk diketahui, konflik internal di partai beringin Kota Bogor hingga kini belum juga ada penyelesaian. Kisruh bermula adanya mosi tidak percaya lima Ketua Pengurus Kecamatan Partai Golkar se Kota Bogor.
Mereka tidak puas dengan kepemimpinan Ketua DPD Partai Golkar Kota Bogor, Tauhid J. Tagor. Ujungnya, muncul desakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub).
“Merujuk surat DPP Golkar, seharusnya semua persoalan di Kota Bogor, termasuk opsi musdalub sudah bisa diselesaikan. Karena penanganannya diserahkan ke DPD Golkar Jabar,” jelas Chepy Harun, yang juga dilengserkan lewat Musdalub.
DPD Golkar Jabar sebenarnya sudah melakukan upaya penyelesaian sengkarut Partai Golkar Kota Bogor. Salah satu dengan mengajukan surat permohonan izin musdalub Golkar Kota Bogor dan Subang ke DPP Golkar.
“Tapi yang disetujui baru Subang. Kota Bogor belum. Ada masalah komunikasi Bogor dengan Jabar,” jelas Chepy Harun, yang juga salah satu pengurus di DPD Golkar Jabar.
Sebagai kader partai, belakangan ini Chepy mengaku semakin khawatir melihat kondisi Golkar Kota Bogor yang bertambah kusut.
Ia menceritakan bagaimana era kepemimpinannya, Partai Golkar Kota Bogor mampu menambah jumlah suara DPR RI menjadi 2 kursi, DPRD Jabar 1 kursi dan 6 kursi DPRD Kota Bogor.
Selama dua periode memimpin, lanjut dia, dalam dua kali Pemilu, era kepengurusannya mampu menambah suara dan mempertahankan perolehan kursi.
“Jadi saya hanya khawatir nasib partai ke depan jika selalu ada konflik yang tidak cepat diselesaikan,” tegasnya.
Apalagi, menurut Chepy, catatan sejarah tiga periode kepengurusan DPD Golkar Kota Bogor, berakhir jabatan karena musdalub. Musdalub pertama saat Chepy Harun menggantikan Helmi Soetikno.
Musdalub kedua ketika Yus Ruswandi mencongkel Chepy Harun. Musdalub ketiga dan baru setahun lalu, giliran Yus Ruswandi digulingkan lewat musdalub dan Tagor menjadi penggantinya.
“Sekarang Tagor yang mau di-musdalub-kan. Ini jangan sampai ada kesan musdalub itu kutukan,” ujar seorang mantan Pengurus DPD Golkar Kota Bogor, dalam obrolan santai di kantor PWI Kota Bogor, baru-baru ini.
Adapun Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi mengatakan masih terus menunggu dan belum bertemu dengan kadernya di Kota Bogor, baik yang pro musdalub maupun kubu status quo.
“Abdi ngantos wae. Kan teu acan teupang sareng abdina (Saya nunggu terus. Kan belum ketemu dengan saya),” kata Dedi Mulyadi melalui pesan WhatsApp kepada Chepy Harun, yang pesannya diteruskan kepada pewarta media ini.
M.A MURTADHO | ARIE SURBAKI
Discussion about this post