CIBINONG – Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bogor atau Pilbup 2018 seolah hanya menjadi panggung politik Ade Yasin versus Ade Ruhendi alias Jaro Ade. Nama dua Ade ini yang paling gebyar di masyarakat Kabupaten Bogor.
Menurut pengamat dari Lembaga Pemantau Kebijakan Publik (LPKP), Rahmat Syamsul Anwar, belakangan persaingan dua mantan pimpinan DPRD Kabupaten Bogor periode 2014-2019 itu kian memanas.
Baca : Pilkada Bogor 2018, Dua Ade Head to Head, Adakah Kuda Hitam?
Bahkan, pada masa kampanye gesekan antar tim pendukung paslon nomor urut 2 dengan nomor urut 3 itu mulai tidak sehat. Kejadian teranyar gangguan dari sekelompok orang menggunakan atribut paslon nomor 2 kepada tim pendukung paslon nomor 3 di Klapanunggal. Panwaslu sudah menindaklanjuti kasus tersebut.
“Sudah bukan rahasia lagi apabila rivalitas dua Ade terjadi sejak lama atau sebelum Pilbup 2018,” kata Rahmat saat dihubungi Polbo, Sabtu, 14 April 2018.
Paslon nomor urut 2, Ade Yasin – Iwan Setiawan disokong poros PPP, PKB dan Gerindra. Sedangkan paslon nomor urut 3, Jaro Ade – Ingrid Kansil didukung koalisi gemuk, yakni oleh Partai Golkar, PAN, Demokrat, PKS, NasDem, PKPI dan PPP kubu Djan Faridz.
“Rivalitas Ade Yasin dan Jaro ade mulai terjadi setelah Bupati Bogor Rachmat Yasin tersandung perkara hukum,” Rahmat menceritakan. “Yang paling kentara soal dikosongkannya kursi wakil bupati.”
Baca : Kampanye Jaro Ade Diganggu, Suhu Politik Pilbup Bogor Memanas
Rahmat mengungkapkan, perseteruan politikus PPP dan Golkar itu semakin terbuka sejak Wakil Bupati Bogor Nurhayanti naik tahta menjadi Bupati Bogor hingga sekarang.
“Artinya dari hal itu saja sudah terjadi pertarungan secara tidak langsung. Padahal di isinya kursi wakil bupati adalah keinginan dan kebutuhan masyarakat” jelas Rahmat.
Peran wakil bupati, lanjut Rahmat, membantu memaksimalkan roda pemerintahan daerah agar pembangunan di Kabupaten Bogor berjalan sesuai harapan masyarakat.
“Seharusnya lebih di kedepankan dulu kepentingan masyarakat . Bukan malah kelompoknya. Ini kan yang sebenarnya harus di lakukan,” tegas dia.
Baca : Ade Wardhana Menguat, Ade Yasin dan Jaro Ade Masih Dominan
Koalisi partai pengusung Rachmat Yasin-Nurhayanti pada Pilbup 2013 sangat gemuk. Rachmat Yasin yang merupakan calon petahana merangkul semua.partai,. kecuali PDIP dan PBB. Dua partai ini mencalonkan Karyawan Faturahman-Adrian Aryakusumah.
“Ade Yasin dan Jaro Ade dalam koalisi RaYa. Yang berhak mengajukan pengganti wakil bupati adalah koalisi RaYa itu,” Rahmat menjelaskan. “Karena kuncinya ada di dua Ade, proses pengajuan calon wakil selalu mentah.”
Faktanya saat ini, kata Rahmat, sampai mau habis masa jabatan, Kabupaten Bogor tetap tidak punya wakil bupati. Kenapa itu terjadi ? “Karena berkaitan dengan Pilkada 2018. Jika wakil bupatinya salah satu ketua partai koalisi, maka mendapat berkah luar biasa menjadi calon petahana,” pungkas Rahmat.
Dalam pengamatan LPKP, persaingan Ade Yasin dengan Jaro Ade merembes ke persoalan lain, termasuk adu pengaruh di lingkaran birokrat Pemkab Bogor dan program pembangunan.
“Contoh kasus di Kecamatan Tamansari. Camat meninju Sekcam. Pangkal masalah karena terindikasi kuat karena beda dukungan,” ungkap Rahmat.
Baca : Pilbup Bogor 2018, Rahmat LPKP : Pertarungan Ade Yasin versus Jaro Ade
Lantas bagaimana peluang tiga paslon lain ? Menurut Rahmat, pasangan Fitri Putra Nugraha-Bayu Sjahjohan (nomor 1), Gunawan Hasan-Ficky Rhoma Irama (nomor 4) dan Ade Wardhana Adinata-Asep Ruhiyat (nomor 5), masih sangat memungkinkan menjadi kuda hitam Pilbup 2018.
“Semua paslon punya peluang yang sama karena masing-masing memiliki kekuatan politik. Hanya memang butuh strategi tepat dan kerja ekstra keras untuk mengejarnya. Sampai saat ini, hasil survei menunjukan paslon nomor 2 dan 3 masih rangking teratas,” pungkas Rahmat.
ARIE SURBAKTI | AS
Discussion about this post