IKHTIAR calon pejabat negara pada momentum dan jelang pemilihan umum dilakukan berbagai cara. Tidak melulu kerja politik. Ada juga upaya tak kasat mata. Biasanya ada tim doa dan tim politik. Kreativitas kandidat dan tim pemenangannya menentukan kesuksesan.
Secara strategis sokongan jejaring politik sebagai garda terdepan. Secara teknis dengan bermacam cara, baik hingga buruk. Contoh buruk adalah berita hoax. Frekuensi penyebaran hoax di media sosial di tahun politik ini melonjak drastis. Teranyar kabar 70 juta surat suara Pilpres 2019 sudah dicoblos. Sejumlah pelaku ditangkap polisi. Hoax ini diributkan kedua kubu pasangan calon presiden.
Saya tidak membahas soal hoax, namun ingin melihat dari pendekatan kultur dan keagamaan yang tak lepas dari ikhtiar politik para calon pejabat. Yang sering dilakukan adalah ziarah kubur. Entah itu ke kuburan keramat, kuburan tokoh, kuburan ulama atau kuburan leluhur si calon.
Baca : Ini Kuburan Keramat di Bogor yang Sering Didatangi Calon Pejabat
Jelang Pemilu 17 April 2019, termasuk dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, para calon anggota legislati dan kandidat lain, semakin rajin ziarah kubur. Bahkan, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar terang-terangan mengintruksikan kadernya yang menjadi caleg tapi tak punya modal kuat untuk rajin ziarah.
Intruksi Muhaimin Iskandar kepada seluruh calon anggota legislatif (caleg) untuk rajin melakukan ziarah kubur kelihatannya seperti guyon. Tapi, Muhaimin menyatakan, ucapannya itu serius. Hal tersebut saat meresmikan Kantor DPC PKB Kabupaten Garut dan Pembekalan 50 Caleg DPRD di Garut tahun 2018 lalu. Ziarah kubur menurutnya mujahadah. Ziarah kubur tidak hanya dimensi doa, tapi ada nilai sejarah yang akan didapatkan.
Begitu pun pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Entah siapa pembisiknya, Prabowo dan Sandi paling rajin ziarah kubur. Sempat menimbulkan kegaduhan saat Sandiaga ziarah ke makam pendiri Nahdlatul Ulama, KH Bisri Syansuri di Kompleks Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Baca juga : Angin Puyuh Hanya di Seputar Istana Batu Tulis dan Makam Keramat Mbah Dalem, Ini Penjelasannya
Prabowo sudah ziarah ke banyak kuburan, diantaranya makam Abah Sepuh dan Abah Anom di kompleks Pondok Pesantren Suryalaya, Pagerageung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Adapun Sandiaga lebih lincah melakukan ziarah. Ia sudah datang ke makam R. Rahmat Rahmatullah atau Sunan Ampel di Jalan Petukangan 1, Ampel, Semampir, Surabaya.
Kubu sebelah, cawapres nomor 01 KH. Ma’ruf Amin, apalagi dia warga NU, setiap berkunjung ke daerah-daerah selalu menyempatkan diri melakukan ziarah. Ma’ruf sudah ziarah ke makam mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan pendiri NU Syeikh Hasyim Asy’ari. Bekas Ketua MUI ini ziarah makam Habib Abdullah bin Mukhsin Alatas, di Masjid Keramat Empang, Bogor, Jawa Barat.
Teranyar, kunjungan dan dialog dengan kalangan santri Kota Depok, cawapres pendamping petahana, Joko Widodo itu ziarah ke makam KH. Syekh Maulana Yusuf, salah satu tokoh ulama penyebar Islam di Kota Depok.
Ziarah Politik Sekedar Formalitas
Fenomena ziarah kubur calon pejabat ini menarik. Karena ada pengalaman penulis saat maju sebagai kandidat. Kawan dan sesepuh yang mendampingi menyarankan melakukan ziarah ke sejumlah makam keramat, baik di Bogor, di Tasikmalaya, Cianjur, Banten dan beberapa daerah lain. Sempat keraguan karena khawatir menimbulkan kesyirikan dan dianggap bid’ah.
Namun, kekhawatiran tersebut termentahkan karena disunnahkan bagi laki-laki untuk ziarah kubur sebagaimana yang Allah ta’ala syariatkan, berdasarkan sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Berziarah kuburlah, sesungguhnya hal itu akan mengingatkan kalian terhadap akhira.” (HR. Muslim).
Adapun perempuan, maka tidak ada anjuran ziarah kubur bagi mereka. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah melaknat para wanita yang berziarah kubur.”
Mengutip salah satu artikel www.muslim.or.id berjudul ziarah Kubur, antara Sunnah dan Bid’ah, jadi kewajiban atas setiap muslim untuk berpegang dengan syariat dan waspada terhadap bid’ah dalam berziarah kubur dan yang lainnya.
Baca juga : Ternyata, Ada Enam Makam Keramat di Pusat Musibah Angin Puyuh
Ziarah kubur yang disyariatkan bagi kubur kaum muslimin semuanya itu sama, baik kubur itu milik mereka yang disebut sebagai wali ataukah bukan. Setiap mukmin laki-laki dan perempuan, semuanya adalah wali Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan (tidak pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa” (QS. Yunus [10]: 62-63).
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya. Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa, akan tetapi kebanyakan mereka tidaklah mengetahui” (QS. Al-Anfal [8]: 34).
Tidak boleh bagi peziarah kubur dan yang lainnya untuk berdoa (meminta) kepada orang mati, memohon perlindungan (istighatsah) kepadanya, bernadzar kepadanya, menyembelih untuknya di sisi kubur mereka, atau di tempat mana pun untuk mendekatkan diri dengannya dalam rangka meminta syafaat kepada mereka, atau mengaharap kesembuhan, atau membantu mereka dalam melawan musuh-musuhnya, atau kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Karena semua perkara ini termasuk ibadah, sedangkan ibadah semuanya itu hanya untuk Allah Ta’ala semata.
Baca juga : Ini Cerita Deddy Mizwar Ziarah ke Makam Karuhun Cimande
Terkait rajinnya para calon politik ziarah kubur menjelang pemilu, berdasarkan pengalaman, sesungguhnya sudah tak murni lagi. Ziarah bukan dalam arti sesungguhnya, yakni praktik sebagian besar umat beragama yang memiliki makna moral penting. Ziarah itu berarti dilakukan ke suatu tempat suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.
Ada beberapa ketentuan yang disampaikan para ulama ketika seseorang ingin melakukan ziarah kubur, antara lain menata niat agar tidak tergelincir dalam hal yang dilarang oleh agama. Ziarah kubur tidak boleh diniatkan untuk tujuan politik atau hanya sekedar pencitraan saja.
Ziarah kubur yang dilakukan seharusnya bukan sekedar formalitas untuk menyentuh tanah dan menabur bunga demi pencitraan belaka. Namun ada harus ghirah untuk menjaga nilai kemanusiaan, menjaga kemuliaan manusia dengan memperjuangkan hak-haknya sebagai bangsa yang telah berdarah-darah diperjuangkan dengan segala jenis pengorbanan oleh para pendiri bangsa.
Dalam kasus Sandiaga Uno melangkahi makam KH. Bisri Samsuri menunjukan ketidak-pahaman atau justru ketidak-tahuan adab ziarah. Artinya, bisa jadi kesimpulan saya tidak tepat, Sandiaga sesungguhnya hanya mengikuti bisikan orang sekitarnya, tentu terkait orientasi politik Pilpres 2019. Karena, dalam tradisi masyarakat Islam tradisional ketika berziarah sangat tidak dianjurkan untuk melangkahi kuburan.
Hal tersebut semata untuk mmenghormati bahwa yang ada di bawah tanah dalam kuburan tersebut adalah seorang manusia, terlebih jika dia adalah seorang tokoh besar, ulama lagi. Ini adalah etika yang patut dijaga sebagai bagian dari apresisasi kemanusiaan walaupun telah berpulang dan meninggalkan jasadnya di dalam tanah.
(Penulis adalah Ketua Persatuan Wartawan (PWI) Kota Bogor)
Artikel ini dimuat di Harian Sederhana edisi 112, Jum’at 18 Desember 2019